MENTORMU, MASA DEPANMU.

Didunia ini, ketika kamu ingin menjadi ahli disuatu bidang dan mendapatkan kesuksesan dibidang tersebut maka kamu cuma butuh dua hal yaitu berlatih secara otodidak secara konsisten dan disiplin atau memiliki mentor. Menjadi otodidak tentu tidak mudah dan tidak semua orang bisa melakukannya karena menjadi otodidak dibutuhkan bakat khusus serta sikap mental yang tidak semua orang bisa miliki sebab menjadi otodidak bukan saja sekedar belajar tetapi harus trial & error karena tidak ada orang yang mengarahkan langkah kita seperti kalau kita punya mentor.



namun memiliki mentor tidak lantas bisa membuat kita ahli dan sukses karena memilih mentor yang tepat jauh lebih penting daripada proses mentorship itu sendiri. kita harus paham bahwa ada orang yang sangat jago disuatu bidang tapi dia tidak bisa menjadi mentor yang baik, sebut saja misalnya Maradona. Maradona adalah pemain bintang argentina sekaligus legenda sepakbola yang sangat diakui dunia, Juara Piala Dunia U-20 1979, Juara Piala Dunia 1986, membuat Napoli, klub kecil yang sebelumnya tak pernah juara, menjadi juara Serie A dua kali. mendapat penghargaan FIFA Goal of the Century, FIFA World Cup Golden Ball, dan FIFA Player of the Century.


namun dibalik segudang prestasinya, ketika Maradona diharapkan dapat menjadi pelatih yang baik malah ekspektasi itu tidak pernah terpenuhi. Gagal melatih Mandiyú de Corrientes, gagal melatih Racing Club, termasuk gagal melatih semua club kecil seperti Dorados (Meksiko), Al-Fujairah (UAE), dan Gimnasia La Plata (Argentina). Maradona disebut gagal karena selama menjadi pelatih, tidak ada peningkatan signifikan dalam hal prestasi dari club-club tersebut. Maradona juga pernah dipercayakan untuk melatih Argentina pada Piala Dunia 2010, dengan pengalamannya diharapkan ia bisa membawa Argentina kembali meraih juara dunia, tapi yang ada malah zoonk, yang ada Argentina dibantai Bolivia sebesar 6 poin dan hanya mampu mengisi 1 poin ke gawang Bolivia, sampai akhirnya kalah telak 0–4 dari Jerman dan gugur dari piala dunia.



seperti kita tak bisa menjadikan prestasi pribadi sebagai tolak ukur untuk bisa sukses melatih, kita tak bisa mengabaikan orang yang tak punya prestasi pribadi sebagai orang yang tidak bisa melatih atau tidak layak dijadikan mentor. Sebut saja José Mourinho, pria ini sangat tidak meyakinkan jika Anda pertamakali bertemu dengannya sebelum ia membangun portofolionya sebagai pelatih yang luar biasa dibidang sepak bola karena ia tidak pernah bermain di level profesional tertinggi. Ya, Anda tidak salah baca, memang dia tidak pernah main di level profesional tertinggi seperti di Timnas atau Club besar, begitu meragukan pastinya. 



Namun tidak ada yang berani bilang kalau José Mourinho pelatih abal-abal, sebab ia punya segudang prestasi termasuk membuat AC Milan 2x Juara Liga Champions (1989, 1990), membawa Villarreal juara UEL 2021, dan paling hebatnya lagi yaitu  Villarreal menjadi kuda hitam karena berhasil mengalahkan MU. Membawa Inter Milan Treble winner sepanjang 2009-2010 (Serie A, Coppa Italia, UCL), membawa Porto 2x Primeira Liga (2002–03, 2003–04) dan bisa dia ulang lagi ditahu berikutnya dengan Chelsea dimana Chelsea 3x Premier League (2004–05, 2005–06, 2014–15). Jadi sepanjang 2002 sampai 2005 dia konsisten memenangkan Primier League. Tentu banyak lagi prestasi lainnya, dia menjadi begitu hebat meski tak pernah berprestasi secara pribadi sebagai pemain profesional.




tapi bukan berarti tidak ada orang yang jago keduanya, ada saja pemain hebat yang ternyata juga pelatih hebat seperti Pep Guardiola dengan prestasi 6x juara La Liga, 1x Liga Champions sebagai pemain profesional namun juga berprestasi sebagai pelatih dengan mengantarkan Barça sebagai pemenang 2x Liga Champions, 3x La Liga, mengantarkan Bayern sebanyak 3x Bundesliga (2013–2016), termasuk mengantarkan Man City meraih 6x Premier League (termasuk Treble 2023) dan ini bukan prestasi kaleng-kaleng.



Namun yang lebih parah dan penting untuk Anda hindari yaitu Fake Mentor, sudah gagal untuk dirinya sendiri, gagal pula menjadi pelatih. kalau disepak bola kita kenal Gary Neville yang membuat kehancuran pada Valencia (2015–2016), sudah gak pernah berprestasi individu, sampah pula sebagai pelatih. Mungkin Anda pikir ini cuma terjadi disepak bola padahal ini terjadi juga dibagian lain termasuk mentor keuangan seperti penasihat keuangan, banyak penasihat keuangan profesional tidak kaya, banyak pula motivator kesuksesan tidak pernah sukses, hidup mereka begitu-begitu saja dan ketika mereka melatih orang, hasilnya sama sampahnya.



kalau kita mau agak telanjang maka kita bisa tunjuk dosen bisnis yang tidak punya bisnis misalnya, dia selalu memberikan contoh-contoh orang-orang sukses yang punya bisnis padahal dirinya sendiri tidak punya bisnis. Ataupun dosen ekonomi yang bicara investasi, cerita panjang lebar soal teori investasi padahal akun sekuritaspun ia tak punya, ini namanya omon-omon. Kalau kita lihat mahasiswa mereka, sama tidak suksesnya dengan mereka, kebanyakan hanya pekerja biasa dan parahnya alumni dari kampus-kampus dengan modelan dosen begini biasanya kalau gak berakhir jadi pekerja McD, Alfamart/Indomart, pasti berakhir jadi ojol atau kalau ia punya sedikit rezeki, ia lanjut S2 untuk jadi Dosen alias penyesat berikutnya.

Komentar

Postingan Populer