TAKUT & SERAKAH

    banyak pengusaha gagal menjalankan bisnis atau investor mengalami kerugian besar karena mereka tidak memahami psikologi bisnis atau psikologi investasi, sebenarnya fundamental psikologi dari takut dan serakah sangatlah mirip, di artikel ini saya akan menjabarkan apa saja yang membuat seseorang bisa mengalami kerugian investasi atau kegagalan bisnis.


    yang pertama adalah takut, semua pengusaha atau investor pasti pernah rugi namun yang membedakan mereka yang sukses dan yang gagal adalah ketakutan yang muncul, mereka yang takut pada akhirnya berhenti, mereka rata-rata takut kehilangan uang, takut jika gagal lagi, padahal kehilangan uang dan kegagalan adalah bumbu-bumbu pada saat kita menjadi seorang pengusaha atau investor. Tidak ada pengusaha yang tidak pernah rugi dan kehilangan uang, bahkan pengusaha sukses dan terbesar saat ini yang dijuluki sebagai pengusaha hebat juga pernah rugi dan kehilangan uang, sebut saja Bill Gates, Elon Musk, Mark Zukerberg, begitu juga tokoh-tokoh di Indonesia seperti Prajogo Pangestu, Low Tuck Kwong, Hari Tanosoedibjo, dan segelintir pengusaha yang namanya terpampang di Forbes.


    Investor juga demikian, jangan katakan nama-nama seperti Warren Buffet, Sandiaga Uno, Lo Kheng Hong, tidak pernah rugi, mereka juga pernah rugi dan kehilangan uang, padahal hal yang terpenting bukan rugi dan kehilangan uang tetapi statistik menang kalah. Kalau kita kalah 2 kali sebesar 200 juta rupiah tetapi kita menang sebanyak 8 kali sebesar 800 juta rupiah dalam waktu 5 tahun maka tentu sebenarnya kita tetap saja untung. Ketakutan hanya membawa kita pada jebakan kegagalan karena sebenarnya rugi dan kehilangan uang bukanlah kegagalan, kegagalan itu sendiri adalah ketika kita berhenti melakukan sesuatu yang kita yakini dan miliki datanya akan sukses tetapi kita tidak melakukannya karena memiliki ketakutan akibat trauma masa lalu.


    sementara rakus juga dapat membuat kita hancur, ketika seorang pengusaha melihat bisnisnya bisa profit 100 juta rupiah/tahun dan karena dia rakus maka dia langsung membuka cabang sebanyak-banyaknya akibatnya dia harus menyuntik terus menerus cabangnya karena dia salah menilai bisnisnya. Sebuah bisnis yang laris dilokasi A bukan berarti akan laris dilokasi B atau C. Saya punya contoh kasus untuk hal ini, saya mengenal seorang pengusaha coto makassar di daerah Papua, dia sangat hebat mengola bisnisnya dan bisa profit 20 juta rupiah/bulan serta sudah konsisten selama 15 tahun. Namun suatu hari ia rakus, ia membuka cabang di lokasi lain di tempat yang sama, masalahnya adalah dia tidak mempertimbangkan bahwa lokasi awalnya memang dihuni oleh sebagian besar orang bugis dan orang makassar yang menggemari coto sementara dilokasi barunya, walaupun ada orang bugis dan orang makassar, namun mereka kurang begitu menggemari coto.


    berbekal seminar motivasi, ia akhirnya tidak menyerah, ia buka cabang lagi dilokasi lain dan inilah yang namanya serakah, motivator memang terkadang bisa menghancurkan kehidupan seseorang dengan membangkitkan keberanian alias kebodohan dalam diri seseorang, saya sendiri berpikir bahwa rasa takut tidak begitu buruk jika dibandingkan rasa serakah. Setelah 3 tahun membuka cabang itu, ia menjadi memiliki liabilitas yang besar dan profitnya tidak bisa menutup segala liabilitas itu, utangnya juga menumpuk sampai akhirnya hidupnya hancur karena semua bisnis tersebut harus dilikuidasi untuk membayar utang dan gaji karyawan yang sudah mandeg berbulan-bulan.


    kita bisa belajar, takut itu memang tidak baik karena membuat kita tidak bertindak tetapi serakah dapat menghancurkan kita karena bertindak tanpa memikirkan resiko. Begitulah dunia bisnis, tidak peduli sehebat apa kita, kita harus memahami dengan baik psikologi karena jika kita tidak mengenali diri kita dengan baik, maka sehebat apapun kerajaan bisnis atau investasi yang sudah kita bangun akan hancur seketika karena ulah kita sendiri.

Komentar

Postingan Populer