PENGETAHUAN YANG DANGKAL

    saat itu disore hari, kami dipangil rapat untuk menyelesaikan sebuah persoalan institusi pendidikan, saya tentu tidak dapat menyebutkan institusinya disini karena alasan etik. Pada saat rapat, salah satu petinggi berusaha menyelesaikan persoalan itu dengan fish bone diagram, saya melihat permasalahan itu dengan jelas dan saya mulai menyadari bahwa betapa dangkalnya pengetahuan petinggi ini padahal dia sudah menyelesaikan pendidikan doktor.


    saya kemudian menyarankan why-why diagram, mereka termasuk petinggi itu begitu kaget dan menanyakan tentang why-why diagram karena mereka belum pernah mendengarnya. Saya kemudian menjelaskan secara singkat apa itu why-why diagram dan mengatakan kepada mereka alasan bahwa why-why diagram jauh lebih baik karena why-why diagram dapat mengurai permasalahan dengan lebih detail sebab menunjukkan hubungan sebab akibat secara langsung. Permasalahan yang tidak selesai selama berbulan-bulan itupun akhirnya dapat diselesaikan hanya dalam waktu satu jam setelah mengubah fish bone diagram menjadi why-why diagram.


    setelah permasalahan itu selesai, seorang dosen senior menghampiri saya dan menanyakan darimana saya punya pengetahuan itu. Saya menjawabnya dengan sederhana, bahwa saya senang membaca dan why-why diagram itu saya dapatkan dari buku James K Higgins yang berjudul 101 Creative Problem Solving Techniques. Tentunya membaca adalah akar dari pengetahuan yang dalam, membaca mungkin tidak langsung berdampak ketika kita mengetahui sesuatu yang baru namun akan berdampak ketika pengetahuan itu bertemu dengan masalah yang tepat.


    saya mengerti betul kenapa kadang-kadang masalah sederhana tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat dinegeri ini karena orang-orang malas membaca, mereka tidak memiliki tingkat literasi yang baik, mereka tidak punya kebiasaan mengumpulkan pengetahuan sehingga walaupun pendidikan mereka tinggi, pengetahuan mereka tidak sebanding dengan title mereka, mereka seperti anak umur 12 tahun dengan kemampuan anak umur 6 tahun. Alasan lain, mungkin lingkungan tempat mereka menempuh pendidikan tidak membuat mereka memiliki curiosity, mereka tidak terekayasa dengan baik untuk menyelesaikan sebuah persoalan karena sistem pendidikan yang buruk.

Komentar

Postingan Populer